Wednesday 20 January 2016

S U G U H K A N K U   P A N G A N K U

Indonesia, sebuah negara kepulauan terluas yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Keanekaragaman hayati serta keunikan penduduk tiap-tiap pulau dengan adat istiadat yang berbeda, membuat Indonesia menjadi suatu kesatuan negara yang unik dan kaya dalam pelbagai hal. Cara beradaptasi terhadap lingkungan dan bertahan hidup di tiap pulau mengiringi negeri Ibu Pertiwi ini kepada beragam seni dan kuliner, yang menceritakan tentang apa yang dialami oleh pribumi.

Alam begitu memanjakan negeri ini dengan berbagai sumber pangan yang tak terbatas jumlahnya. Hutan yang terbentang  dan lautan yang luas, selalu menanti dengan sabar waktu menjemput mereka demi kelangsungan hidup orang yang berada di sekitarnya. Namun, di balik semua itu ada pemain di belakang layar, yang selalu banting tulang bekerja keras demi mengelolah sumber daya yang ada menjadi layak dikonsumsi. Pernahkah terlintas di benak anda untuk berpikir tentang proses pengolahan makanan yang anda makan, ketika sedang menyantap makanan tersebut? Seringkali tidak. Umumnya ketika mengonsumsi makanan, seseorang lebih menaruh perhatiannya kepada rasa dibandingkan proses pembuatan makanan tersebut. Sedangkan di balik semua itu, ada orang-orang di belakang layar yang membudidayakan sumber pangan tersebut dan memperjuangkannya di persaingan jual beli pasar. Mereka yang sering kita sebut petani.


Negeri dengan jutaan pulau ini menyimpan banyak sekali bumbu-bumbu rahasia yang kemudian menjadi ciri khas. Negara yang dikenal juga sebagai World Best Spices ini memendam semuanya dalam kebungkaman. Sewaktu-waktu ia menghadirkannya, maka keistimewaan cita rasa tersebut menjadi sesuatu yang jujur dan tanpa bersandiwara, yang mencerminkan keunikan tiada tanding. Rasa itu yang mengiringi pertumbuhanku, dan bayang-bayang rasa itu juga yang memanggil pulang saat keakanan memaksaku tuk mendayung perahu ke negeri seberang. Tanggapan lidah ini pun diam-diam sepakat saling melengkapi dengan suatu jenis pangan, yang kemudian dipadukan untuk menjadi makanan yang menggambarkan identitas masing-masing pulau. Banyak jenis makanan yang dapat kau cicipi saat singgah di Indonesiaku. Tiap daerah menyuguhkan kudapan miliknya, dengan perpaduan penyedap masakan yang menghasilkan rasa yang tak akan pernah kau dapati di tempat lain. 
P E N E R A W A N G  A B A D I
Sebuah Analisa Cerpen Bertajuk Mata Karya Ruby Aurora

Ukurannya kecil dan terlihat tidak terlalu penting. Walaupun demikian, organ tubuh ini berperan penting dalam merekam segala hal yang terjadi, yang kemudian diberikan kepada rekannya, otak, untuk disimpan dalam jangka waktu panjang. Mata, yang merupakan tokoh utama dalam cerpen ini juga merekam ribuan cerita bagi inangnya, karin, yang tak mampu mengungkapkan perasaannya melalui mulutnya karena sumbing hebat yang melanda sejak kecil. Mata yang merupakan dua kepribadian ini, berbicara tanpa bersuara menceritakan keluh kesah yang terus memojokannya sebagai penyebab utama Manic Depression yang diderita inangnya. Siapa pemilik mata ini? Mengapa organ yang begitu penting dibiarkan seakan tak berguna lagi? Ya, Karin namanya, gadis sumbing berumur 16 tahun yang hanya tinggal berdua bersama ayahnya. “Kenapa harus aku? Tak adakah rumah lain yang dapat kau singgahi? Mengapa harus ayahku? Satu-satunya keluarga yang kumiliki.” Mungkin itu pemikiran yang sempat terlintas dalam pikiran Karin saat menyaksikan pemeretelan tubuh ayah tercintanya. Demi mempertahankan anugerah kehidupan yang diberikan kepadanya, dengan segala keterbatasan memaksa karin menebas kepala si Pembunuh yang kemudia tindakannya ini berakhir di balik jeruji penjara. Apakah pernah terpikir oleh anda bahwa adegan pembelaan diri ini pantas berakhir di penjara? Tidak, menurut saya hal ini sangat tidak adil. Karin, inang mata yang merupakan tokoh utama dari cerpen ini, berusaha menyelamatkan diri dan sekarang sebatang kara merenung di balik jeruji. Di mana keadilan itu? Dengan segala keterpaksaan, gadis sumbing itu mencabut keluar matanya yang dianggap sebagai penyebab utama trauma hebat yang dialaminya.

Pesan yang dapat saya ambil adalah ditengah segala keterbatasan yang kita miliki, kiita tidak boleh menyerah pada keadaan, sekalipun harus mengorbankan hal yang kita butuhkan demi kesejahteraan bersama.