Wednesday 20 January 2016

P E N E R A W A N G  A B A D I
Sebuah Analisa Cerpen Bertajuk Mata Karya Ruby Aurora

Ukurannya kecil dan terlihat tidak terlalu penting. Walaupun demikian, organ tubuh ini berperan penting dalam merekam segala hal yang terjadi, yang kemudian diberikan kepada rekannya, otak, untuk disimpan dalam jangka waktu panjang. Mata, yang merupakan tokoh utama dalam cerpen ini juga merekam ribuan cerita bagi inangnya, karin, yang tak mampu mengungkapkan perasaannya melalui mulutnya karena sumbing hebat yang melanda sejak kecil. Mata yang merupakan dua kepribadian ini, berbicara tanpa bersuara menceritakan keluh kesah yang terus memojokannya sebagai penyebab utama Manic Depression yang diderita inangnya. Siapa pemilik mata ini? Mengapa organ yang begitu penting dibiarkan seakan tak berguna lagi? Ya, Karin namanya, gadis sumbing berumur 16 tahun yang hanya tinggal berdua bersama ayahnya. “Kenapa harus aku? Tak adakah rumah lain yang dapat kau singgahi? Mengapa harus ayahku? Satu-satunya keluarga yang kumiliki.” Mungkin itu pemikiran yang sempat terlintas dalam pikiran Karin saat menyaksikan pemeretelan tubuh ayah tercintanya. Demi mempertahankan anugerah kehidupan yang diberikan kepadanya, dengan segala keterbatasan memaksa karin menebas kepala si Pembunuh yang kemudia tindakannya ini berakhir di balik jeruji penjara. Apakah pernah terpikir oleh anda bahwa adegan pembelaan diri ini pantas berakhir di penjara? Tidak, menurut saya hal ini sangat tidak adil. Karin, inang mata yang merupakan tokoh utama dari cerpen ini, berusaha menyelamatkan diri dan sekarang sebatang kara merenung di balik jeruji. Di mana keadilan itu? Dengan segala keterpaksaan, gadis sumbing itu mencabut keluar matanya yang dianggap sebagai penyebab utama trauma hebat yang dialaminya.

Pesan yang dapat saya ambil adalah ditengah segala keterbatasan yang kita miliki, kiita tidak boleh menyerah pada keadaan, sekalipun harus mengorbankan hal yang kita butuhkan demi kesejahteraan bersama. 

No comments:

Post a Comment